Pembahasan mengenai sosok pahlawan Indonesia, memang merupakan suatu topik yang menarik. Indonesia yang dikenal sebagai bangsa yang besar, juga memiliki beberapa pahlawan revolusi yang rela berjuang demi bangsa. Salah satunya pahlawan Indonesia “D.I Panjaitan.
Beliau lahir di Balige, Tapanuli 9 Juni 1925 dan telah bergelut dengan dunia militer sejak zaman pendudukan Jepang. Beliau mengikuti pendidikan militer Gyugun atau tentara sukarela yang dibentuk oleh Jepang.
Setelah selesai menempuh pendidikan, beliau ditugaskan di Pekanbaru, Riau. Kemudian, setelah Indonesia merdeka, beliau dan teman-temannya membentuk TKR di daerah Sumatra yang kemudian berubah menjadi TNI. Beliau sendiri menjabat sebagi Komandan Batalion.
Kehidupan karir, Panjaitan mengalami peningkatan. Beliau diangkat menjadi Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi. Tidak hanya berhenti disitu saja, jabatan beliau kemudian meningkat menjadi Kepala Staf Umum IV Komandemen Tentara Sumatra.
Beliau juga dipercaya menjadi pimpinan Perbekalan Perjuangan PDRI atau Pemerintah Darurat Republik Indonesia, ketika terjadi agresi militer Belanda II. Tugas beliau pada saat itu untuk menangani masalah suplai dan perbekalan logistik TNI selama agresi militer belanda II.
Pengakuan kedaulatan dari pemerintah Hindia Belanda dan dunia internasional pada Indonesia menjadikan beliau diangkat menjadi Kepala Staf Operasi Tentara dan Teritorial I/ Bukit Barisan di Medan.
Prestasi yang pernah diukir beliau, yaitu mengikuti pendidikan di Associated Command and General Staff College, kemudian kursus Atase Militer. Kursus Atase Militer yang dilakukan tahun 1956 ini menjadikan Panjaitan ditugaskan sebagai Atase Militer RI di Bonn, Jerman.
Setelah pulang dari Eropa, beliau ditugaskan sebagai Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat. Jabatan tersebut menjadikan prestasi beliau semakin cemerlang. Hal tersebut disebabkan beliau berhasil membongkar rahasia pengiriman senjata dari RRC untuk PKI.
Senjata tersebut diselundupkan dengan cara disembunyikan di dalam peti bahan bangunan yang akan digunakan untuk membangun gedung Conefo. Senjata tersebut akan digunakan PKI untuk persiapan dalam pemberontakan dengan cara membentuk Angkatan ke-V. Angkatan tersebut beranggotakan buruh dan petani yang diberikan senjata.
Keberhasilan yang dilakukan oleh Panjaitan tersebut berbuah petaka untuk hidupnya. Beliau pada tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, ditembak di depan rumahnya. Penembaknya merupakan orang PKI dan beliau dibuang di sumur tua di daerah Lubang Buaya.
sumber:
Mahawira, P. 2013. Cinta Pahlawan Nasional Indonesia. Jakarta: Wahyu Media.