Sebelumnya, kita telah membahas tentang
peristiwa Bandung Lautan Api. Peristiwa pemberontakan yang dilakukan oleh
pemuda Bandung karena kehadiran pasukan Sekutu dan pasukan NICA.
Dinamakan Bandung Lautan Api disebabkan
banyaknya gedung atau bangunan – bangunan yang terbakar pada saat itu. Pada saat
itu sebanyak 200.000 penduduk mengungsi ke Bandung Selatan. Dan peristiwa
Bandung Lautan Api terjadi pada tanggal 24 Maret 1946.
Pembahasan selanjutnya akan memberikan
pemaparan tentang pemberontakan DI atau TII. Salah satunya yang terjadi di Jawa
Tengah.
Munculnya pemberontakan DI/ TII di Jawa
Tengah ini berawal dari Majelis Islam. Majelis Islam ini dipimpin oleh Amir Fatah.
Semula, Amir Fatah menjabat sebagai
seorang Komandan Laskar Hizbullah. Laskar ini berada di Front Tulangan Sidoarjo
dan Mojokerto, Jawa Timur. Namun, kemudian Amir Fatah meninggalkan front dan
menggabungkan diri dengan TNI di Tegal.
Pada saat di Tegal, pasukan Hizbullah yang
telah berdiri sejak bulan Januari 1946 ini menggabungkan diri dengan TNI
Batalion 52. TNI Batalion 52 ini dipimpin oleh Mayor Moh. Bachrin.
Amir Fatah berhasil untuk mempengaruhi Mayor
Bachrin. Kemudian, mereka bersama dengan pasukannya meninggalkan Wonosobo dan
kembali ke daerah Brebes – Tegal.
Pada saat muncul agresi Militer Belanda
II, Amir Fatah berada di front Brebes – Tegal. Dia bersama dengan satuan –
satuan TNI setempat. Tugas utama Amir Fatah yaitu mengurus penggabungan laskar –
laskar yang masuk ke dalam TNI.
Setelah memperoleh pengikut yang cukup
banyak. Pada tanggal 23 Agustus 1949, Amir Fatah memproklamasikan berdirinya Darul Islam yang
disingkat DI. Proklamasi pendirian DI terjadi di desa Pengarasan, Tegal. Amir Fatah
berhasil untuk menghimpun pengikut di daerah Brebes, Tegal, dan Pekalongan
Pasukan DI dinamakan dengan Tentara
Islam Indonesia yang disingkat dengan TII. Kemudian, Amir Fatah menyatakan
bahwa gerakan yang dibangunnya bergabung dengan gerakan DI/ TII di Jawa Barat. Gerakan
DI/ TII di Jawa Barat ini dipimpin oleh Kartosuwiryo.
Selain itu, di daerah Kebumen juga
terjadi suatu gerakan. Gerakan tersebut dinamakan dengan Angkatan Umat Islam. Gerakan
Angkatan Umat Islam ini dipimpin oleh Muhammad Mahfud Abdurrahman atau yang
dikenal dengan kyai Somolangu.
Gerakan Angkatan Umat Islam ini
bertujuan untuk membentuk suatu negara Islam Indonesia dan bergabung dengan
gerakan yang dipimpin oleh Kartosuwiryo.
Gerakan ini, sebenarnya sudah dapat
didesak oleh TNI. Namun sayangnya, pada tahun 1952, gerakan ini menjadi kuat. Hal
tersebut disebabkan setelah adanya pemberontakan dari Batalyon 423 dan 426. Pemberontakan
ini terjadi di Kudus dan di Magelang yang menyatakan untuk bergabung dengan
mereka.
Langkah yang dilakukan oleh pemerintah
untuk memberantas pemberontakan ini dengan membentuk pasukan yang baru. Pasukan
baru tersebut dinamakan dengan Banteng Raiders. Kemudian, pasukan baru
tersebut, segera melakukan operasi kilat.
Operasi kilatnya dinamakan dengan
Gerakan Benteng Negara yang disingkat dengan GBN. GBN ini dibentuk pada bulan
Januari 1950. Operasi tersebut untuk sementara waktu dapat memperlemah kekuatan
DI/ TII di Jawa Tengah.
Namun sayangnya, beberapa waktu
kemudian, gerakan DI/ TII di Jawa Tengah yang hampir melemah ini menjadi kuat
kembali. Hal tersebut disebabkan mereka bergabung dengan beberapa kelompok.
Kelompok yang bergabung, antara lain
pelarian Angkatan Umat Islam, gerakan Merapi – Merbabu Complex, dan pembelot
dari batalion 426 di daerah Kudus dan Magelang. Sampai akhirnya, pada tahun
1954, dengan adanya Operasi Guntur, maka gerombolan DI dapat dihancurkan. Bahkan,
sisanya tercerai – berai.
sumber:
Mustopo, H., dkk. 2006. Sejarah 3 Sekolah Menengah Atas Kelas XII
Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Yudhistira.
Kurnia, A. 2007. IPS 3B SMP/ MTs Kelas IX. Jakarta: Yudhistira.