Sebelumnya telah dijelaskan tentang kondisi
geologi. Kondisi geologi ini dapat mempengaruhi kondisi fisik di suatu wilayah.
Geologi merupakan ilmu pengetahuan yang menguraikan tentang evolusi bumi dan
penghuninya dari awal sampai saat ini, melalui batuan.
Selanjutnya, akan diberikan pemaparan
tentang kondisi lain yang dapat mempengaruhi kondisi fisik suatu wilayah, yaitu
geomorfologi. Geomorfologi merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang proses terjadinya sebuah bentuk lahan.
Bentuk lahan merupakan suatu bentuk
tampilan dari suatu lahan di permukaan bumi, antara lain puncak gunung, tebing,
lembah, dataran, gumuk pasir, pesisir, dan lain- lain. Proses terbentuknya
bentuk lahan disebabkan oleh berbagai macam proses, baik dari luar maupun dari
dalam bumi.
Namun, bentuk lahan pertama kali
diketahui sebagai akibat dari aktivitas vulkanik atau gunung api dan aktivitas
tektonik atau tenaga dari dalam bumi. Kemudian, bentuk olahan vulkanik dan tektonik
mengalami perubahan bentuk yang disebabkan oleh faktor pelapukan, ombak, air,
angin, dan glasial atau proses oksogen.
Bentuk lahan bumi terdiri dari bentuk
lahan struktural, bentuk lahan vulkanik, bentuk lahan denudasional, bentuk
lahan marine atau laut, bentuk lahan fluvial atau sungai, bentuk lahan glasial,
bentuk lahan angin, dan bentuk lahan solusional.
Bentuk lahan struktural merupakan suatu
bentuk lahan aslu yang terbentuk oleh tenaga endogen atau berasal dari dalam
bumi, antara lain lipatan, patahan, dan perkembangannya.
Bentuk lahan vulkanik, merupakan suatu
bentuk lahan yang berasal dari gunung berapi, baik intrusi maupun ekstrusi. Sebagai
contoh kawah, danau kawah, kerucut gunung api, dan medan lava.
Bentuk lahan denudasional dapat
ditemukan di daerah dengan topografi yang berbukit atau gunung yang memiliki
jenis batuan yang lunak dan beriklim basah. Bentuk strukturnya tidak tampak
lagi, hal tersebut disebabkan adanya gerakan tanah atau massa batuan.
Batuan lahan laut atau marine merupakan
suatu bentuk lahan yang berhubungan dengan laut atau marine. Bentuk lahan ini
ada yang bergabung dengan fluvial yang bertemu dengan lautan. Sebagai contoh
rataan pasang surut dan beting gisik.
Bentuk lahan fluvial atau sungai
merupakan suatu bentuk lahan yang banyak berhubungan dengan sedimentasi atau
pengendapatan atau penimbunan di daerah sekitar sungai dengan penggerak yang
utama yaitu air.
Bentuk lahan glasial merupakan suatu
bentuk lahan yang berasal dari glasial atau sungai dengan material es. Bentuk lahan
glasial dibedakan menjadi dua proses asal yaitu bentukan erosional dan bentukan
deposisional. Sebagai contoh, medan salju, lembah menggantung, dan dataran
fluvio- glasial.
Bentuk lahan angin atau aeolin merupakan
suatu bentuk lahan disebabkan bentukan angin sebagai tenaga erosif dan
akumulatif, yaitu material yang diangkat atau erosi dan diendapkan di tempat
lain atau dinamakan dengan akumulatif. Bentuk dari lahan angin ini bergantung
pada batuan, iklim, topografi daerah pengendapan.
Bentuk lahan solusional merupakan suatu
bentuk lahan proses pelarutan atau yang dinamakan dengan daerah karst. Bentuk lahan
solusional ini dapat terjadi apabila terdapat batu gamping dengan kemurnian
yang tinggi, lapisan tebal, pada topografi yang tinggi, di daerah tropis basah,
dan vegetasi penutupnya lebat.
Pada daerah di atas, air hujan akan
masuk ke dalam tanah dengan cepat, sambil melarutkan material batu gamping
melalui sungai bawah tanah atau diaklas.
Demikian penjelasan tentang kondisi
geomorfologi.
sumber:
Widyatmanti, W dan Natalia, D. 2008. Geografi untuk SMP dan MTs VIII. Jakarta:
Grasindo.