Sebelumnya telah dipaparkan tentang
majas. Majas merupakan bahasa kiasan yang digunakan untuk menyampaikan maksud
pada orang lain dengan memberikan efek tertentu. Hal tersebut menyebabkan majas
memberikan kesan imajinatif bagi pembicaranya.
Selanjutnya, akan dijelaskan tentang
peribahasa. Peribahasa merupakan suatu kalimat atau suatu perkataan yang
susunannya tetap dan pada umumnya mengiaskan maksud tertentu. Berikut ini
terdapat beberapa contoh dari peribahasa.
Adat sepanjang jalan, cupak sepanjang
betung, bermakna segala sesuatu ada caranya.
Air beriak tanda tak dalam, bermakna
orang yang banyak bicara biasanya kurang ilmunya.
Air diminum rasa duri, nasi dimakan rasa
sekam, bermakna tidak enak makan dan minum karena sedih.
Bagai air di daun talas, bermakna tidak
tetap pendirian.
Belum beranak sudah ditimang, bermakna
terlalu cepat bergembira sebelum tercapai.
Bermain air basah bermain api hangus
bermakna setiap usaha ada susahnya.
Buah jatuh tak jauh dari pohonnya,
bermakna perangai seorang anak tidak jauh dari perangai orang tuanya.
Dalam laut dapat diduga, dalam hati
siapa tahu, bermakna apa yang tersembunyi dalam hati tidak ada yang tahu.
Hati bagai baling – bali, bermakna tidak
tetap pendirian.
Ada udang di balik batu, bermakna ada
maksud yang tersembunyi.
Ayam dapat, musang pun dapat, bermakna
berhasil menangkap pencuri dengan barang cuciannya.
Air besar batu bersibak, bermakna
persaudaraan bercerai berai jika terjadi pertengkaran.
Air susu dibalas dengan air tuba,
bermakna perbuatan baik dibalas dengan perbuatan jahat.
Bagai mendapat durian runtuh, bermakna
mendapat keuntungan tanpa susah payah.
Berdiang di abu dingin, bermakna tidak
mendapat apa – apa.
Biduk lalu kiambang bertaut, bermakna
lekas baik atau berkumpul kembali.
Dahulu timah sekarang besi, bermakna
seseorang yang turun martabatnya.
Diuji sama merah di hati sama berat,
bermakna sudah cocok benar.
Hati gatal mata digaruk, bermakna sangat
ingin, tetapi tidak kuasa menyampaikan keinginannya atau menyalahkan orang yang
tidak bersalah.
Mencabik baju di dada, bermakna
menceritakan aib sendiri pada orang lain.
Menjual bedil kepada lawan, bermakna
menyusahkan diri sendiri.
Makan hati berulam jantung, bermakna
bersusah hati karena perbuatan yang disayanginya.
Kerbau punya susu sapi punya nama,
bermakna seseorang berbuat baik orang lain yang dipuji.
Ke langit tak sampai ke bumi tak nyata,
bermakna kepalang tanggung.
Jauh di mata dekat di hati, bermakna
tempat berjauhan, tetapi tidak saling melupakan.
Jauh panggang dari api, bermakna jawaban
yang tidak benar.
Kalah jadi abu, menang jadi arang,
bermakna pertengkaran tidak pernah menguntungkan kedua belah pihak.
Kerbau menanduk anak, bermakna berpura –
pura saja.
Kucing pergi tikus menari, bermakna
bawahan bersuka ria karena atasannya tidak ada.
Malang tak boleh ditolak, untung tak
boleh diraih, bermakna nasib baik atau buruk tidak dapat dihindarkan.
Menerka ayam di dalam telur, bermakna
memastikan sesuatu yang tidak mungkin dapat ditentukan.
Ayam dapat, musang pun dapat, bermakna
berhasil menangkan pencuri dengan barang – barang yang dicurinya.
Ada gula ada semut, bermakna orang akan
berdatangan ke tempat yang menyenangkan.
Air tenang menghanyutkan, bermakna orang
pendiam biasanya memiliki pengetahuan yang luas.
Ada uang ada barang, bermakna bila
memiliki banyak uang, maka akan mendapatkan barang yang lebih baik.
Ada udang dibalik batu, bermakna
seseorang yang menyembunyikan maksud jelek di balik ucapan atau tingkah
lakunya.
sumber:
Handiyani, S dan Wildan. 2008. Persiapan UN Bahasa Indonesia untuk SMP/ MTs.
Bandung: Grafindo.
Tim guru Eduka. 2015. Mega Book Pelajaran SD/ MI Kelas IV, V, dan
VI. Depok: Cmedia.