Nama : Karl Heinrich Marx
Nama
panggilan : Si Maroko
Lahir : Kote Trier,
Rheiland Jerman
Tanggal
lahir : 5 Mei 1818
Nama
Ayah : Heinrich Marx
Ayah dan ibu Marx sebetulnya adalah orang bangsa
Yahudi. Hanya saja, pada tahun 1824
keluarganya berpindah keyakinan dari Yahudi menjadi Kristen Protestan. Begitu pula dengan Marx yang kemudian mengikuti ajaran
keluarganya.
Kepribadian Karl Marx
Dari sisi kepribadian, Marx
merupakan pribadi yang jorok, tidak senang diatur, dan acak-acakan. Namun, ia mempunyai sisi positif tersendiri, yakni rasa
ingin tahunya yang
tinggi, tekun, dan teliti. Sayangnya,
justru rasa ingin tahunya yang tinggi inilah yang menyebabkan Marx dianggap sebagai
pribadi yang membosankan bagi orang di sekitarnya.
Pendidikan Karl Marx
Tahun 1835 Marx, lulus dari
sekolah menengah di Treves, kemudian ia
dimasukkan fakultas hukum di univeristas Bonn oleh
ayahnya. Sayangnya, Marx mengalami perasaan jenuh.
Setelah satu
tahun sekolah di universitas tersebut, ia
pindah ke universitas lain.
Cita-cita Marx pada saat memasuki universitas
yaitu menjadi seorang ahli filsafat dan sejarah. Untuk mewujudkan cita-citanya, Marx memilih universitas
Berlin untuk mempelajari filsafat dan sejarah. Bahkan, Marx tercatat sebagai anggota
dari “Club Young Hegelian”, yang merupakan perkumpulan untuk mendiskusikan
tentang filsafat Hegel.
Marx bukan hanya menjadi anggota di club
tersebut, melainkan juga sebagai tokoh utama dalam club, bersama dengan Feuerbach, Arnold
Ruge, dan Bruno Bauer. Para tokoh tersebut menjabat sebagai asisten profesor di
Fakultas Teologi Berlin.
Gelar doktor diperoleh Marx pada tanggal 15
April 1841 di Universitas Jena. Pada saat itu usia Marx
tergolong muda, yaitu 23 tahun. Judul disertasi Marx membahas tentang perbedaan
antara filsafat alam democritos dan filsafat alam epicurus.
Karir Marx Sebagai Seorang Wartawan
Setelah memperoleh gelar doktor, Marx
berkeinginan untuk menjadi seorang dosen. Namun sayang, keinginan tersebut harus
terkuburkan karena kebebasan berpikir yang dimilikinya dan tidak ingin diikat
oleh pihak lain.
Kegagalan untuk menjadi seorang dosen, lantas
tidak membuat Marx putus asa. Marx memilih karir menjadi seorang wartawan
karena sesuai dengan pandangan radikal yang dimiliki oleh Marx pada waktu itu.
Sehingga untuk memuaskan pandangan keradikalannya, Marx menulis sebuah artikel
mengenai kaum tani Jerman dan dikirimkan ke majalah Rhine Gazette (Rheinissche
Zeitung).
Pada tahun 1842 tepatnya di bulan Oktober, Marx menjadi
seorang pemimpin redaksi di majalah tersebut dan tinggal di Koln. Kritikan yang
terlalu keras dari Marx berbuntut masalah bagi dirinya dan Arnold Ruge,
sehingga akhirnya mereka memutuskan untuk pindah di Paris. Alasannya, karena
majalah Rheinissche
Zeitung diberantas oleh pemerintah.
Perpindahan Marx di Paris menjadi pengalaman
baru baginya dan membuka cara pandangnya mengenai kehidupan, mulai menyadari
tentang arti penderitaan, pengucilan, pengusiran, dan penjara.
Semenjak saat itu, Marx belajar
bersungguh-sungguh tentang masalah sosialisme. Ia pun bertemu dengan Frederick Engels tahun 1820-1895.
Frederick Engels berasal
dari London dan merupakan
anggota gerakan sosialis.
Marx berteman dengan Engels kemudian menjadi sahabat
hingga seumur hidup mereka.
Buku Die Heilige Familie (The Holy Family) menjadi saksi bisu dari persahabatan
abadi antara Marx dan engels. Namun, sayangnya nasib buruk menimpa Marx. Dia diusir dari Perancis
karena tulisan dan pemberontakannya di majalah Vorwarts.
Pengusiran tersebut mengakibatkan luka yang
mendalam bagi Marx dan keluarganya, sehingga dia memilih untuk pindah ke
Brussel dan melepas status kewarganegaraannya.
Setelah pindah di Brussel, Marx tidak tinggal
diam, dia mempelajari tentang ekonomi dan berkomunikasi dengan buruh-buruh. Ia pun terlibat dalam diskusi secara intensif
serta melakukan protes kaum pekerja. Pada tahun 1843, Marx melamar seorang gadis
berdarah bangsawan bernama Jenny Von Waetphalen.