Dahlan
Iskan seorang menteri BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang sangat dikagumi
banyak orang, karena dedikasinya. Lelaki kelahiran 17 Agustus 1951, yang
sekaligus sebagai tanggal yang bersejarah bagi Bangsa Indonesia. Sebab setiap
tanggal 17 Agustus, bangsa ini memperingati hari kelahiran bangsa, namun juga
sebagai hari dimana lahirnya seorang menteri BUMN.
Beliau
lahir disuatu kota didaerah Jawa Timur, yaitu di Magetan, di sebuah desa Kebun
Dalam Tegalarum, Kecamatan Bando. Masa kecilnya jauh dari kehidupan perkotaan,
bahkan tergolong dari keluarga yang sangat tidak mampu. Namun, semangatnya
untuk terus belajar dan berusaha keras, patut dijadikan contoh bagi setiap
orang yang pernah mendengar tentang kisah perjalanan hidupnya.
Dahlan
Iskan merupakan anak ketiga dari pasangan Mohammad Iskan dan Lisnah. Beliau
mempunyai 3 saudara kandung, yang bernama Khosyatun, Sofwati, dan Zainuddin.
Semasa kecil Dahlan Iskan hidup dalam kesederhaan bersama dengan
saudara-saudara kandung lainnya.
Bahkan
untuk sekolahpun, mereka tidak memiliki sepatu, sebagai alas ketika mereka
merasa kepanasan dalam menapaki tanah, selama perjalanan menuju sekolah. Jarak
sekolah mereka, bukan dalam hitungan meter, namun puluhan kilometer, namun
tidak membuat mereka patah semangat untuk terus berangkat ke sekolah. Hingga
suatu hari, Dahlan Iskan berkeingan ingin membeli sepatu dan sepeda.
Keinginan
yang sederhana dari seorang anak yang ingin tetap bersekolah. Namun, sayangnya
karena Dahlan Iskan kecil sangat mengingkan sepatu, suatu hari dia membongkar
lemari milik ayahnya untuk mencari sejumlah uang, agar dia segera mendapatkan
sepatu. Kenalakan-kenakalan yang dilakukan oleh Dahlan Iskan kecil bukan hanya
berhenti sampai disitu saja.
Pernah
suatu ketika, karena saking asyiknya bermain dengan teman sebayanya, Dahlan
Iskan kecil melupakan kambing yang dia kembala. Akibatnya, kambing-kambing yang
berjumlah 30 ekor tersebut menghilang. Sekalipun dia melakukan kenakalan, namun
Dahlan Iskan kecil tetap takut dimarahi oleh orang tuanya, karena merasa telah
menghilangkan kambing-kambing tersebut.
Untungnya,
kambing-kambing tersebut tidak menghilang, justru kembali ke rumahnya.
Perjalanan karir seorang Dahlan Iskan, seperti orang-orang pada umumnya, yaitu
mulai dari SD, SMP, hingga SMA, dan mampu memasuki bangku kuliah di IAIN Sunan
Ampel. Namun, menjadi istimewa ketika perjalanan karirnya terus menanjak, yang
berawal dari Majalah Tempo.
Pada
saat itu, ketika Dahlan Iskan menuliskan suatu berita tentang tenggelamnya kapal
tampomas, banyak pembaca yang berminat dan memberikan respon positif terhadap
hasil karyanya tersebut. Alhasil, Dahlan Iskan diangkat menjadi kepala biro
Tempo Jatim. Meskipun begitu, Dahlan Iskan pernah ditegur oleh pimpinan Tempo,
sebab secara diam-diam dan untuk memperoleh penghasilan tambahan, dia menulis
di koran lain, seperti Surabaya Post dan Ekonomi Indonesia.
Perjalanan
karir Dahlan Iskan tidak berhenti sampai disitu saja, pada tahun 1982, dia
dipromosikan menjadi pemimpin koran Jawa Pos. Kala itu, koran Jawa Pos sedang
mengalami kemrosotan dan dibeli oleh Eric Samola (Direktur Utama PT Grafiti
Pers, Penerbit Tempo). Kesuksesan berhasil dicapai oleh Dahlan Iskan, mana kala
saat itu dia mampu mencetuskan gagasan untuk menerbitkan koran di pagi hari.
Pada
tahun 1993, Dahlan Iskan mengundurkan diri menjadi pemimpin redaksi, namun
mengembangkan jaringan media Jawa Pos, yang dinamakan Jawa Pos News Network.
Pada awal 2009, Dahlan Iskan membangun Sambungan Komunikasi Kabel Laut
Surabaya-Indonesia dan Hongkong, dalam naungan Fangabian Iskan Corporindo.
Kemudian, pengangkatan Dahlan Iskan menjadi Dirut PLN oleh presiden Susilo
Bambang Yudhoyono.
Karena
prestasinya yang cemerlang, sebagai Dirut PLN, tepat pada tanggal 11 Oktober
2011, oleh presiden yang sama, Dahlan Iskan diangkat menjadi menteri BUMN.
Perjuangannya, dedikasinya, dan semangatnya untuk memajukan dimanapun dia
berada dan bekerja, patut dijadikan contoh. Bahwasanya, bukan tentang apa
pekerjaan itu, namun bagaimana pekerjaan itu menjadi sesuatu yang berharga
bukan hanya untuk diri sendiri, khususnya untuk orang lain.