Di kalangan masyarakat suku Jawa, tembang macapat menjadi salah satu lagu daerah yang sangat populer. Lagu atau tembang macapat sangat populer dan cukup dibanggakan di kalangan pelestari budaya jawa.
Hal ini karena tembang macapat sendiri yang mendandung sebuah makna luhur yang sering digunakan sebagai bentuk ungkapan yang dilagukan dan dipaparkan dalam sebuah ‘pada’ atau paragraf. Tembang macapat sering digunakan sebagai sebuah penggambaran tentang kehidupan yang sekaligus berisi petuah atau nasehat yang baik untuk menjalani kehidupan.
Hingga kini, masyarakat suku Jawa melestarikan tembang macapat dengan jalan mengajarkannya di sekolah - sekolah. Di sekolah – sekolah di Jawa, mempelajari tembang macapat menjadi salah satu hal yang sering diwajibkan. Terutama di sekolah dasar, anak – anak banyak yang diajarkan tentang ragam tembang macapat ini, meski masih dengan konsep yang sederhana.
Dalam pelajaran tembang macapat, dikenal ada 11 jenis atau judul tembang macapat. 11 jenis lagu dalam tembang macapat ini masing - masingnya memiliki kharakteristik dan watak yang berbeda. Kesebelas tembang macapat tersebut meliputi Maskumambang, Kinanthi, Kinanthi, Sinom, Asmarandana, Gambuh, Dandanggula, Durma, Pangkur, Megatruh, Pocung.
Masing – masing tembang macapat pada dasarnya memiliki karakternya sendiri yang membedakannya dengan tembang lain. Karakteristik tembang macapat ini ada yang digunakan sebagai aturan baku, seperti dalam jumlah guru gatra (jumlah baris), guru wilangan (jumlah suku kata tiap barus), dan guru lagu (vokal akhir di setiap baris kalimat).
Masing – masing ketentuan dalam karakteristik di tembang macapat ini digunakan dalam membuat lirik tembang macapat. Jadi, dalam tembang macapat, memang tidak ada lirik lagu yang tunggal atau baku sehingga setiap jenis atau judulnya dapat saja berbeda. Setiap orang boleh saja membuat sendiri lirik lagu dalam tembang macapat ini, selama lirik tersebut memenuhi kaidah atau ketentuan dari tembang macapat yang ada.
Selain memiliki ketentuan dalam hal guru gatra, guru wilangan dan guru lagu, tembang macapat juga punya ciri tersendiri yang berbeda pada watak atau sifat umum tembangnya. Watak tembang ini digunakan untuk menyesuaikan lirik tembang yang dibuat sehingga dapat sesuai dengan karakter tembangnya.
Watak Tembang Macapat Kinanthi
Masing - masing tembang macapat mempunyai sebuah karakter dengan wataknya masing-masing. Selain karakter, kesebelas tembang ini pun sebenarnya merupakan sebuah rangkaian kisah yang apabila dibuat secara runtut, maka menjadi sebuah bentuk gambaran dari perjalanan hidup manusia, yang dimulai dari dalam kandungan ibu, hingga manusia kembali menghadap Tuhan Yang Maha Esa atau meninggal dunia
Kisah Tembang Kinanthi
Kata Kinanthi berasal dari kata ‘kanthi’ yang berarti menggandeng atau menuntun. Kinanthi merupakan sebuah kisah penggambaran mengenai kehidupan seorang anak yang masih perlu untuk dituntun supaya dapat berjalan dengan baik di dunia ini.
Tuntunan yang diperlukan seorang anak tidak hanya untuk belajar berjalan, melainkan juga tuntunan dalam mengetahui serta memahami berbagai norma dan adat yang berlaku dalam masyarakat. Sehingga, mereka bisa mempelajari dan sekaligus mematuhinya dalam berkehidupan.
Tembang Kinanthi memiliki kaidah / Wewaton: 8u – 8i – 8a – 8i – 8a – 8i
Watak Tembang Kinanthi
Kinanthi juga memiliki makna yang sama dengan kata kanthi, gandheng, dan kanthil dalam bahasa Jawa. Dimana dalam segi karakter atau sifat atau wataknya, Kinanthi ini cenderung untuk mengungkapkan sebuah nuansa yang membahagiakan, kecintaan dan kasih sayanng, juga keteladanan hidup.
Jadi, tembang kinanthi ini pun pas dan bisa digunakan untuk lirik – lirik tembang yang bertujuan untuk menyampaikan suatu nasehat hidup dan juga kisah tentang kasih sayang.
Contoh Tembang Kinanthi
Tembang Kinanthi memiliki kaidah / Wewaton : 8u – 8i – 8a – 8i – 8a – 8i
Seperti contoh berikut ini :
Tembang Kinanthi
Anoman malumpat sampun (8u)
Prapteng witing nagasari (8i)
Mulat mangandhap katingal (8a)
Wanodya yu kuru aking (8i)
Gelung rusak wor lan kisma (8a)
Kang iga-iga kaeksi (8i)
Tembang Kinanthi
Kagyat risang kapirangu
Rinangkul kinempi-kempit
Duh sang retnaning bawana
Ya ki tukang walang ati
Ya ki tukang ngenes ing tyas
Ya ki tukang kudu gering